D I A W A L K A R I R
K U
By : Ulfa Syauq Mukhasabah
Sejak awal Bulan Oktober, aku berencana untuk mencari
pekerjaan. Kesana kemari aku mencari lowongan pekerjaan namun belum aku
temukan. Tiga hari berlalu, aku menemukan selembar kertas yang bertuliskan
“LOWONGAN PEKERJAAN”. Bahagianya aku saat itu setelah beberapa hari
mencari-cari akhirnya menemukan lowongan perkerjaan juga. Lalu aku langsung
memberikan seberkas surat lamaran pekerjaan kepada petugas. Beberapa hari
kulalui tanpa ada kabar dari petugas. Aku berusaha mencari-cari lowongan
pekerjaan lain yang akan aku ajukan lagi sebagai cadangan jikalau aku tidak
masuk dipekerjaan yang pertama. Namun tak aku temukan lowongan pekerjaan yang
lainnya. Tiga hari setelah aku melamar pekerjaan, akhirnya aku terpanggil untuk
wawancara dan test. Aku sangat berharap semoga aku terpilih dari puluhan
orang yang melamar pekerjaan itu. Sudah
empat hari aku menunggu jawaban dari petugas, namun tak ada pemberitahuan
selanjutnya. Aku mulai putus asa dengan keadaanku saat itu karena sudah hampir
sepuluh hari aku mencoba mencari dan melamar pekerjaan tapi belum ada hasilnya.
Keesokan harinya tepatnya tanggal 11 Oktober jam 06.00 pagi aku menerima
pemberitahuan masuk kalau aku diterima diperusahaan tersebut. Betapa bahagianya
aku setelah membaca pemberitahuan itu, apalagi saat itu aku berulang tahun. Aku
langsung bergegas memberitahukan kepada kedua orangtuaku tentang masalah
tersebut. Kedua orangtuaku bangga dengan aku karena sudah membuktikan bahwa aku
mampu hidup mandiri dan kedua orangtuaku berkata “Selamat Ulang Tahun Sayang,
pekerjaan itu kado dari Tuhan untukmu nak. Kamu harus banyak-banyak bersyukur”.
Setelah itu aku mempersiapkan segala kebutuhan untuk training diperusahaan itu
dan sekaligus untuk kost karena letaknya lumayan jauh dari tempat tinggalku.
Keesokan
harinya sebelum aku berangkat, aku meminta restu kepada kedua orangtuaku agar
aku bisa dimudahkan rejeki dan bisa menjadi karyawan tetap dalam perusahaan
tersebut. Bebarapa jam kemudian sampailah aku disalah satu daerah Jogjakarta.
Disana aku belum mempunyai tempat tinggal, jadi aku belum bisa langsung
beristirahat melainkan harus mencari rumah kost dulu untuk berteduh. Tak lama
kemudian setelah aku bertanya-tanya kepada sekitar rumah, akhirnya aku
menemukan rumah kost khusus wanita. Setelah itu aku langsung bertemu dengan
pemilik kost dan langsung mendapat kamar nomor dua dari yang paling pojok
karena semua kamar sudah penuh yang tersisa hanya kamar nomor dua paling pojok
itu, jadi aku tidak bisa memilih. Aku beristirahat sejenak untuk menghilangkan
lelah lalu membereskan kamar dengan rapi sesuai dengan kepribadianku. Tak
pernah kulupa aku menghubungi kedua orangtuaku bahwa aku sudah sampai tujuan.
Tepat tanggal 14 Oktober hari
pertama aku training diperusahaan itu. Hatiku berdebar tak karuan saat aku
melangkah menuju pekerjaan baruku. Disana aku diajari berbagai macam pekerjaan
yang membuatku sedikit kebingungan mengatasinya. Hingga waktu istirahat aku
hendak menuju kamar mandi untuk cuci muka agar aku bisa lebih fresh lagi.
Tiba-tiba saat aku melangkah masuk kekamar mandi, aku mencium bau
karbol yang sangat menyengat. Takku duga diperusahaan besar ini
ternyata kamar mandinya sangat jorok dan bau. Petugas pembersih kamar mandi
padahal seorang perempuan muda, tapi sangat jorok sekali. Kemudian aku bergegas
untuk keluar dari kamar mandi tersebut menuju masjid kantor untuk berwudhu dan
sekalian untuk sholat. Aku berdo’a kepada sang Pencipta “apa aku sanggup
berlama-lama bekerja diperusahaan ini ya Allah? Sedangkan fasilitasnya sangat
tidak memadai?” kemudian aku kembali menuju ruang pekerjaanku. Dengan berjalan
agak loyo dan aku sudah sangat lelah karena hari pertama aku bekerja, aku
membuka pintu ruanganku. Ternyata ada Pemimpin perusahaan yang terjun langsung
untuk mentraining aku bekerja. Terlihat ada secangkir kopi yang
menemaninya dimeja. Dengan gugup aku tersenyum untuk menegurnya. Tiba-tiba
beliau membentakku karena tidak tepat waktu. Padahal juga tepat waktu mungkin
telat beberapa detik saja, tapi pemimpin itu seakan-akan tidak mau tahu dan
harus menjaga ketertiban kantor. Aku terdiam sejenak saat itu, lalu beliau
menyuruhku untuk mengerjakan tugasnya. “padahal aku belum mengerti apa-apa,
tapi kenapa beliau menyuruhku untuk mengerjakan yang bukan tugas selayaknya
pekerja baru ya?” kata hatiku sedikit mengeluh. Beliau tiba-tiba membentakku
yang kedua kalinya “Cepat dikerjakan!!! Baru kerja sudah malas-malasan!!!” aku
sedikit kaget mendengarnya dan langsung berusaha mengerjakan tugas itu dengan
benar.
Hari sudah sore, pekerjaanku sudah selesai
dan aku berikan kepada Pimpinan. Lalu aku membereskan ruanganku dengan rapi dan
bergegas untuk pulang kantor. Dua langkah sebelum aku keluar dari pintu
ruangan, Pimpinanku tiba-tiba masuk dan membuang berkas-berkas yang sudah aku
kerjakan, “apa-apaan ini!!! Kerjaan nggag ada benernya sama skali!!! Niat kerja
apa nggag sih??? Mulai detik ini kamu saya pecat!!!”. Mendengar itu aku kaget,
takut, dan sedih. Aku langsung pergi meninggalkan kantor dengan menangis tersedu-sedu
dan berkata “cobaan apa lagi ini ya Robb? Aku harus berbuat apa? Aku tidak
sanggup harus berbicara sejujurnya kepada kedua orangtuaku, aku,,,,,” aku
berhenti sejenak di pinggir jalan merenungi apa yang terjadi dihari pertama aku
kerja. Aku menangis tak karuan disana dan berjalan lagi menuju rumah kost.
Sesampainya aku dirumah kost, aku langsung membersihkan diri, makan dan
beristirahat. Namun aku masih saja meratapi keadaanku yang bagiku sangat
menyedihkan. Tak terasa hari sudah malam. Aku hendak membereskan kamar tidurku sebelum
aku beranjak untuk tidur. Lalu aku melihat sepasang sepatu baruku yang akan
menemani hari-hariku saat aku bekerja, namun itu semua sudah tak terjadi lagi.
Dan aku berkata dalam hati “Aku sedih kalau mengingat kejadian dikantor tadi”.
Kemudian aku mengambil sepatu itu dan memasukkan kedalam kardus sepatu supaya
terawat walau tidak dipakai.
Keesokan
harinya aku berusaha menutupi keadaanku saat itu, namun aku tidak sanggup.
Akhirnya aku berusaha jujur kepada kedua orangtuaku dan mereka tidak akan
pernah marah apalagi kecewa terhadapku. Akupun pulang kerumah asalku bersama
kedua orangtuaku. Aku berusaha tegar dan mulai aktivitas dirumah. Walau aku
belum bisa membuat kedua orangtuaku bangga, tapi aku akan berusaha mendapatkannya.
***
0 komentar:
Posting Komentar