Sabtu, 31 Agustus 2013

Pin It

Get This

Diawal Karirku



D I A W A L  K A R I R K U
By : Ulfa Syauq Mukhasabah
Sejak awal Bulan Oktober, aku berencana untuk mencari pekerjaan. Kesana kemari aku mencari lowongan pekerjaan namun belum aku temukan. Tiga hari berlalu, aku menemukan selembar kertas yang bertuliskan “LOWONGAN PEKERJAAN”. Bahagianya aku saat itu setelah beberapa hari mencari-cari akhirnya menemukan lowongan perkerjaan juga. Lalu aku langsung memberikan seberkas surat lamaran pekerjaan kepada petugas. Beberapa hari kulalui tanpa ada kabar dari petugas. Aku berusaha mencari-cari lowongan pekerjaan lain yang akan aku ajukan lagi sebagai cadangan jikalau aku tidak masuk dipekerjaan yang pertama. Namun tak aku temukan lowongan pekerjaan yang lainnya. Tiga hari setelah aku melamar pekerjaan, akhirnya aku terpanggil untuk wawancara dan test. Aku sangat berharap semoga aku terpilih dari puluhan orang  yang melamar pekerjaan itu. Sudah empat hari aku menunggu jawaban dari petugas, namun tak ada pemberitahuan selanjutnya. Aku mulai putus asa dengan keadaanku saat itu karena sudah hampir sepuluh hari aku mencoba mencari dan melamar pekerjaan tapi belum ada hasilnya. Keesokan harinya tepatnya tanggal 11 Oktober jam 06.00 pagi aku menerima pemberitahuan masuk kalau aku diterima diperusahaan tersebut. Betapa bahagianya aku setelah membaca pemberitahuan itu, apalagi saat itu aku berulang tahun. Aku langsung bergegas memberitahukan kepada kedua orangtuaku tentang masalah tersebut. Kedua orangtuaku bangga dengan aku karena sudah membuktikan bahwa aku mampu hidup mandiri dan kedua orangtuaku berkata “Selamat Ulang Tahun Sayang, pekerjaan itu kado dari Tuhan untukmu nak. Kamu harus banyak-banyak bersyukur”. Setelah itu aku mempersiapkan segala kebutuhan untuk training diperusahaan itu dan sekaligus untuk kost karena letaknya lumayan jauh dari tempat tinggalku.
            Keesokan harinya sebelum aku berangkat, aku meminta restu kepada kedua orangtuaku agar aku bisa dimudahkan rejeki dan bisa menjadi karyawan tetap dalam perusahaan tersebut. Bebarapa jam kemudian sampailah aku disalah satu daerah Jogjakarta. Disana aku belum mempunyai tempat tinggal, jadi aku belum bisa langsung beristirahat melainkan harus mencari rumah kost dulu untuk berteduh. Tak lama kemudian setelah aku bertanya-tanya kepada sekitar rumah, akhirnya aku menemukan rumah kost khusus wanita. Setelah itu aku langsung bertemu dengan pemilik kost dan langsung mendapat kamar nomor dua dari yang paling pojok karena semua kamar sudah penuh yang tersisa hanya kamar nomor dua paling pojok itu, jadi aku tidak bisa memilih. Aku beristirahat sejenak untuk menghilangkan lelah lalu membereskan kamar dengan rapi sesuai dengan kepribadianku. Tak pernah kulupa aku menghubungi kedua orangtuaku bahwa aku sudah sampai tujuan.
            Tepat tanggal 14 Oktober hari pertama aku training diperusahaan itu. Hatiku berdebar tak karuan saat aku melangkah menuju pekerjaan baruku. Disana aku diajari berbagai macam pekerjaan yang membuatku sedikit kebingungan mengatasinya. Hingga waktu istirahat aku hendak menuju kamar mandi untuk cuci muka agar aku bisa lebih fresh lagi. Tiba-tiba saat aku melangkah masuk kekamar mandi, aku mencium bau karbol yang sangat menyengat. Takku duga diperusahaan besar ini ternyata kamar mandinya sangat jorok dan bau. Petugas pembersih kamar mandi padahal seorang perempuan muda, tapi sangat jorok sekali. Kemudian aku bergegas untuk keluar dari kamar mandi tersebut menuju masjid kantor untuk berwudhu dan sekalian untuk sholat. Aku berdo’a kepada sang Pencipta “apa aku sanggup berlama-lama bekerja diperusahaan ini ya Allah? Sedangkan fasilitasnya sangat tidak memadai?” kemudian aku kembali menuju ruang pekerjaanku. Dengan berjalan agak loyo dan aku sudah sangat lelah karena hari pertama aku bekerja, aku membuka pintu ruanganku. Ternyata ada Pemimpin perusahaan yang terjun langsung untuk mentraining aku bekerja. Terlihat ada secangkir kopi yang menemaninya dimeja. Dengan gugup aku tersenyum untuk menegurnya. Tiba-tiba beliau membentakku karena tidak tepat waktu. Padahal juga tepat waktu mungkin telat beberapa detik saja, tapi pemimpin itu seakan-akan tidak mau tahu dan harus menjaga ketertiban kantor. Aku terdiam sejenak saat itu, lalu beliau menyuruhku untuk mengerjakan tugasnya. “padahal aku belum mengerti apa-apa, tapi kenapa beliau menyuruhku untuk mengerjakan yang bukan tugas selayaknya pekerja baru ya?” kata hatiku sedikit mengeluh. Beliau tiba-tiba membentakku yang kedua kalinya “Cepat dikerjakan!!! Baru kerja sudah malas-malasan!!!” aku sedikit kaget mendengarnya dan langsung berusaha mengerjakan tugas itu dengan benar.
            Hari sudah sore, pekerjaanku sudah selesai dan aku berikan kepada Pimpinan. Lalu aku membereskan ruanganku dengan rapi dan bergegas untuk pulang kantor. Dua langkah sebelum aku keluar dari pintu ruangan, Pimpinanku tiba-tiba masuk dan membuang berkas-berkas yang sudah aku kerjakan, “apa-apaan ini!!! Kerjaan nggag ada benernya sama skali!!! Niat kerja apa nggag sih??? Mulai detik ini kamu saya pecat!!!”. Mendengar itu aku kaget, takut, dan sedih. Aku langsung pergi meninggalkan kantor dengan menangis tersedu-sedu dan berkata “cobaan apa lagi ini ya Robb? Aku harus berbuat apa? Aku tidak sanggup harus berbicara sejujurnya kepada kedua orangtuaku, aku,,,,,” aku berhenti sejenak di pinggir jalan merenungi apa yang terjadi dihari pertama aku kerja. Aku menangis tak karuan disana dan berjalan lagi menuju rumah kost. Sesampainya aku dirumah kost, aku langsung membersihkan diri, makan dan beristirahat. Namun aku masih saja meratapi keadaanku yang bagiku sangat menyedihkan. Tak terasa hari sudah malam.  Aku hendak membereskan kamar tidurku sebelum aku beranjak untuk tidur. Lalu aku melihat sepasang sepatu baruku yang akan menemani hari-hariku saat aku bekerja, namun itu semua sudah tak terjadi lagi. Dan aku berkata dalam hati “Aku sedih kalau mengingat kejadian dikantor tadi”. Kemudian aku mengambil sepatu itu dan memasukkan kedalam kardus sepatu supaya terawat walau tidak dipakai.
            Keesokan harinya aku berusaha menutupi keadaanku saat itu, namun aku tidak sanggup. Akhirnya aku berusaha jujur kepada kedua orangtuaku dan mereka tidak akan pernah marah apalagi kecewa terhadapku. Akupun pulang kerumah asalku bersama kedua orangtuaku. Aku berusaha tegar dan mulai aktivitas dirumah. Walau aku belum bisa membuat kedua orangtuaku bangga, tapi aku akan berusaha mendapatkannya.

***

0 komentar: